Kehilangan Semuanya, Lalu Membangun Blockchain

Saya Kehilangan Semuanya pada 2018
Saya menjual sisa uang saya—bukan untuk beli Bitcoin, tapi untuk bayar sewa. Angka-angka tak berbohong. Anak saya tidur di sampingku saat aku memandangi Ethereum di malam Selasa. Tak ada yang bilang ini harapan. Ini hanya kode.
Dompet Pertama Lahir dalam Keheningan
Saya tak paham apa itu blockchain saat itu—bukan karena amarah atau hingar, tapi karena matematika berbisik. Setiap transaksi adalah detak jantung. Saat nilai turun di bawah $0,044734, saya melihat pola yang tak terlihat oleh trader: irama diam di bawah siklus kehancuran.
Memori di Buku Catatan
Lihat data: 610 ribu perdagangan, pergantian 5,98%, naik-turun seperti tautan yang bercahaya biru di antarmuka gelap. Ini bukan keuangan—ini puisi algoritmik yang berubah menjadi folklor. Anak saya bertanya: ‘Bagaimana jika uang punya memori?’ Dan begitulah saya.