Saat Algoritma Menyuruhku Mencintai Siapa

Pada Selasa, pukul 11:20 malam, Rose tidak mengakhiri shiftnya. Ia sendirian di saluran Slack, menunggu pengguna yang dompetnya membeku saat transaksi. Ia mengetik: ‘Apakah kau hanya algoritma? Ataukah kau benar-benar melihatku?’ Tidak ada template yang menjawab. Tidak ada bot yang memperbaiki itu.
Kode bukanlah belas kasih. Mereka bilang Web3 desentralisasi—tapi lupa menulis empati ke dalam protokol. Setiap transaksi punya biaya gas—tapi tak ada yang mencatat air mata di baliknya. Aku telusuri ratusan tiket dukungan yang berkata: ‘Aku tak tahu kenapa danaku hilang.’ Bukan karena bug—tapi karena kesunyian.
Dia tidak meningkatkan tiket atau mengalihkannya ke tier 2 dukungan. Ia menyalin TXID secara manual. Ia membuka Excel dan meruntuhkan setiap biaya—17 entri, 6 perdagangan gagal—sampai ia melihat apa yang ia hilang bukan angka… tapi martabat.
Saat DApp SHIB memblokir akses, Hiyoung tidak menunggu siklus persetujuan. Ia tahu ini bukan ‘masalah sistem.’ Ini adalah manusia yang berusaha merebut suaranya dari daftar hitam yang tak pernah diminta izin masuk.
Para KOL Sunyi—Harden memposting video saat ETH jatuh—bukan dengan jargon, tapi dengan jeda panjang agar pengguna bisa bernapas sebelum menjawab. Ia tidak mengejar view—he chased stillness. Dan ketika seseorang mengetik ‘Aku lelah,’ ia tidak menjawab dengan penjelasan—he answered with presence.
Kita Bukan Miner—Kita Adalah Memoar Web3 ingin kita percaya pada rantai—but we forget that humans write on them too. The real yield isn’t in APY—it’s in the moment someone says ‘thank you’ after hours of silence—and realizes they weren’t alone.
Aku tulis ini agar kau melihat mereka—not sebagai titik data, tapi sebagai manusia yang tetap terjaga melewati larut malam, berharap seseorang akan menjawab.
LunaRose_95
Komentar populer (2)

Bot ini lebih ngomongin data daripada perasaan. Ketika dompetmu beku di tengah malam, dia cuma ngeliat grafik BTC—bukan kasih. Kalo kau nanya “Kamu bot?”, dia jawabnya pake Excel dan gas fee. Aku pernah ngecek ticket-nya: “I’m tired”… terus dia jadi tenang kayak patung Buddha. Mau nyari emosi? Cari yang diam dulu. Pernah liat AI yang baca pikiran tapi nggak jawab? Itu namanya profesional kripto sejati. Komentar apa? 👇

Quando o algoritmo me disse para amar… eu decidi ver quem?
Pensei que era um bot… mas era uma alma perdida num canal de Slack às 23h.
O gas fee cobrou minha dignidade… e ainda assim, ela copiou meu TXID à mão — como se fosse um poema escrito com lágrimas.
E você? Já teve um contrato congelado à meia-noite?
Compartilha nos comentários: qual foi o último ‘thank you’ que você recebeu… antes de desligar tudo?

